Kamis, 21 Februari 2019




PENJERNIHAN AIR SEDERHANA


Penjernihan air dengan menggunakan bahan alami pun kerap dilakukan di rumah-rumah. Sejak dulu, bahan-bahan yang digunakan pun tidak berubah walau penyaringan ini bisa dikembangkan ke skala yang lebih besar. Proses penjernihan air dengan saringan alami ini sendiri memanfaatkan bahan-bahan berikut ini:
1.    Ijuk;
2.    Pasir halus;
3.    Batu alam;
4.    Kerikil;
5.    Arang dari batok kelapa;
6.    Sabut kelapa.
Sementara itu, Diperlukan juga wadah untuk menyusun filter alami ini serta tempat untuk menampung air. Seluruh bahan tersebut disusun sedemikian rupa sehinga dapat menghasilkan air yang lebih murni dan juga sehat. Tiap bahan yang digunakan dalam metode penjernihan air ini sendiri memiliki fungsinya. Batu kerikil, batu alam, dan juga sabut kelapa memiliki fungsi untuk menyaring kotoran berukuran besar seperti lumut, daun, atau hewan. Ijuk dan arang berfungsi menyaring serta menghilangkau aroma tak sedap dari air hingga zat tercemar di dalamnya.
Penasaran cara membuatnya, yuk simak lebih dalam lagi
Bahan yang perlu Anda persiapkan
1.    Botol plastik bekas yang telah dicuci, potong menjadi dua bagian, gunakan bagian atasnya yang berlubang;
2.    Ijuk;
3.    Batu kerikil;
4.    Arang;
5.    Penopang botol;
6.    Kain kassa/kain lap/spons;
7.    Wadah tampungan air
Cara pembuatan filter penjernihan air sederhana

1.    Ambil botol yang telah dibagi dua, masukkan kain kassa/kain lap/spons pada bagian paling bawah.
2.    Lanjutkan untuk masukkan ijuk ke dalamnya, tekan-tekan hingga padat.
3.    Masukkan arang dilanjutkan sabut kelapa kemudian tekan kembali hingga memadat.
4.    Tuangkan kerikil ke dalamnya hingga terisi penuh.
5.    Berikan penyangga agar alat penjernihan air sederhana ini dapat berdiri dengan baik.
6.    Tempatkan wadah di bagian bawah mulut botol untuk menampung air yang telah disaring.

CUKUP MUDAH KAN?



Bahan Kimia Rumah Tangga
Part II BAHAYA BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA YANG BERACUN dan alternatif pencegahan serta CARA PENANGGULANGANNYA

      A.      Bahan Kimia Rumah Tangga yang Beracun dan Alternatif Pencegahan
1.      Aseton
·         Ditemukan di: penghapus kuteks, polish mebel, wallpaper, alkohol topical
·         Ketika terekspos udara, aseton menguap dengan sangat cepat dan mudah sekali terbakar. Aseton dapat menyebabkan keracunan fatal yang mengancam nyawa, namun sangat jarang terjadi karena tubuh mampu memecah aseton dalam jumlah besar yang terserap ke dalam sistem. Untuk sampai bisa keracunan, Anda harus mengonsumsi atau menelan porsi aseton dalam jumlah luar biasa besar dalam waktu singkat. Gejala keracunan aseton ringan termasuk sakit kepala, bicara cadel, lesu, kurang koordinasi indera gerak, dan rasa manis di mulut. Oleh karena itu, penggunaan aseton untuk menghapus kuteks warna-warni di kuku Anda harus dilakukan di ruangan terbuka dan jauh dari nyala api. Selalu jauhkan produk-produk yang mengandung aseton dari jangkauan anak.
·         Alternatif: Gunakan produk penghapus kuteks yang mencantumkan label bebas aseton. Hal yang sama berlaku untuk pemoles furnitur; pelicin furnitur berbasis air bekerja sama efektifnya dengan produk yang mengandung aseton.
2.      Benzena
·         Ditemukan di: cat, lem, gas yang dilepaskan dari karpet, wax, deterjen, emisi dari pembakaran bahan bakar gas, asap rokok, kapur barus, alat penghilang bau
·         Benzena menguap ke udara dengan sangat cepat. Massa jenis uap benzena lebih berat daripada udara biasa dan bisa tenggelam ke daerah dataran rendah. Udara luar ruangan mengandung benzena dalam jumlah kecil dari asap tembakau, SPBU, knalpot kendaraan bermotor, dan emisi industri. Udara dalam ruangan umumnya mengandung kadar benzena yang lebih tinggi daripada di udara luar dari paparan harian produk rumah tangga. Benzena bekerja dengan mengacaukan kerja sel dalam tubuh. Sebagai contoh, paparan benzena jangka panjang dapat menyebabkan sumsum tulang untuk tidak memproduksi cukup sel darah merah. Benzena juga dapat merusak sistem kekebalan tubuh dengan mengubah kadar antibodi dan menyebabkan hilangnya sel darah putih — yang dapat menyebabkan anemia, atau lebih buruk lagi, leukimia dari paparan berat dan berkepanjangan. Beberapa wanita yang menghirup benzena dalam jumlah besar selama berbulan-bulan memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dan penurunan ukuran indung telur mereka.
·         Alternatif: Cari produk rumah tangga yang berlabel bebas benzena, dan sebisa mungkin kurangi penggunaan kapur barus untuk meredam bau tak sedap di rumah. Bunga lavender segar, selain dapat mempercantik rumah, harumnya ampuh untuk usir bau apek dan serangga pengganggu.
3.      Etanol
·         Ditemukan di: parfum, cologne, produk tata rambut, deodorant, shampo, obat kumur, hand sanitizer, penyegar ruangan, pemoles furnitur, sabun cuci piring, deterjent, pelembut pakaian
·         Paparan terhadap etanol yang masih dalam batas wajar tak selalu membawa dampak bagi kesehatan. Kebanyakan orang akan terpapar etanol dari mengonsumsi minuman keras dengan tingkat konsentrasi etanol bisa bervariasi dari 4-45%. Namun, jika Anda terkena kontak dengan etanol murni dalam jumlah besar (oral, kulit, maupun hirup) gejala keracunan bisa bervariasi, mulai dari mual muntah, reaksi alergi kulit, kejang, bicara melantur, koordinasi tubuh kacau, mata terasa panas terbakar, hingga dalam kasus ekstrim, koma. Namun, paparan konsentrasi tinggi lebih mungkin terjadi dalam lingkungan kerja seperti di industri atau laboratorium, di mana etanol murni kadang digunakan. Paparan etanol di udara dan air di lingkungan umum terbilang sangat rendah karena senyawa ini mudah dipecah oleh sinar matahari.
·         Alternatif: Ketika menggunakan produk pembersih rumah tangga yang mengandung etanol, pastikan untuk membuka jendela lebar-lebar atau membuat sistem penyaringan udara yang efektif yang akan menyerap bahan kimia.
4.      Formalin
·         Ditemukan di: asbes dan beton, asap rokok, kompos gas atau minyak tanah yang menyala, furnitur yang terbuat dari pressed wood dengan perekat yang mengandung resin urea-formaldehida (UF), kantung plastik.
·         Formaldehida adalah senyawa kimia turunan dari pembakaran dan proses alam tertentu yang umum digunakan secara luas oleh industri untuk memproduksi bahan bangunan dan berbagai produk rumah tangga. Dengan demikian, mungkin ada jejak formalin dalam konsentrasi yang cukup besar baik di dalam maupun luar ruangan. Ketika formaldehida hadir di udara pada tingkat yang melebihi 0,1 ppm, beberapa orang mungkin mengalami efek samping seperti mata berair; sensasi terbakar di mata, hidung, dan tenggorokan; batuk; suara mengi; mual; iritasi kulit; dan sakit dada. Paparan konsentrasi tinggi dapat memicu serangan asma pada orang yang memilikinya, juga dapat menyebabkan bronkitis. Formalin telah terbukti menyebabkan kanker pada hewan dan dicurigai dapat menyebabkan kanker pada manusia.
·         Alternatif: Jangan merokok, dan terutama jangan merokok di dalam ruangan. Buka jendela selebar mungkin untuk membiarkan udara segar masuk, terutama ketika Anda menggunakan produk oembersih dan insektisida. Cobalah untuk menjaga suhu di dalam rumah pada pengaturan suhu rendah dan nyaman. Juga, habiskan banyak waktu di luar ruangan mencari udara segar sebanyak mungkin. Hal ini sangat penting untuk keluarga dengan anak-anak, orang tua atau anggota keluarga dengan penyakit kronis seperti asma.
5.      Toluena
·         Ditemukan dalam: cat, karet, pewarna, lem, percetakan
·         Toluena adalah agen pelarut yang sangat baik untuk cat, lak, pengencer, dan perekat. rute yang paling umum dari paparan melalui inhalasi. Gejala keracunan toluena termasuk efek CNS (sakit kepala, pusing, ataksia, mengantuk, euforia, halusinasi, tremor, kejang, dan koma), aritmia ventrikel, pneumonia kimia, depresi pernapasan, mual, muntah, dan ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang terkena paparan ringan dari uap toluena tidak menimbulkan risiko keracunan akut.
·         Alternatif: Periksa label cat apakah produk yang Anda gunakan mengandung toluena. Jika ya, buka setiap ventilasi udara lebar-lebar guna memungkinkan kelancaran pertukaran udara segar. Poles cat untuk setiap mebel atau perlengkapan rumah tangga lainnya di udara terbuka (taman atau jalanan depan rumah) untuk mencegah cat melepaskan gas berbahaya yang bisa mengendap dalam rumah.
6.      Xylene
·         Ditemukan di: emisi gas buang kendaraan bermotor, cat, pernis, cat kuku, perekat, semen karet.
·         Paparan ringan hingga sedang terhadap uap xylene dapat menyebabkan mata panas memerah, bengkak, berair, penglihatan kabur; dan/atau iritasi kulit ringan, seperti ruam kemerahan dan bengkak, kulit terasa kering dan gatal; iritasi pada hidung dan tenggorokan. Paparan terhadap xylene dalam jumlah besar sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat yang menyebabkan mual dan muntah serta sakit kepala, dan berkunang-kunang; hingga kerusakan hati dan ginjal, hilang kesadaran, kegagalan sistem pernapasan, bahkan kematian.
·         Alternatif: Periksa label cat apakah produk yang Anda gunakan mengandung xylene. Jika ya, buka setiap ventilasi udara lebar-lebar guna memungkinkan kelancaran pertukaran udara segar. Poles cat untuk setiap mebel atau perlengkapan rumah tangga lainnya di udara terbuka (taman atau jalanan depan rumah) untuk mencegah cat melepaskan gas berbahaya yang bisa mengendap dalam rumah. Jangan pernah membiarkan mesin mobil menyala di garasi tertutup.
7.      Phtalate
·         Ditemukan di: ubin, tirai shower, kulit sintetis, perkakas rumah tangga yang dibuat dari PVC vinyl (untuk membuat plastik fleksibel dan liat), produk pengharum ruangan (phtalate digunakan untuk menjaga parfum tidak menguap); cat kuku, cat tembok, pernis mebel; cling wrap dan wadah makanan plastic
·         Studi mengungkapkan bahwa anak laki-laki yang lahir dari ibu dengan konsentrasi phthalate tinggi dalam sistemnya menderita kelainan pada alat kelamin mereka. Bahan kimia ini mengganggu testosteron dan estradiol, hormon yang memengaruhi perkembangan payudara. Studi telah menemukan bahwa wanita yang menderita kanker payudara memiliki tingkat phthalate yang lebih tinggi daripada wanita yang tidak memiliki kanker.
·         Alternatif: Hindari pengharum ruangan apapun yang mengandung pewangi sintetik, misalnya kapur baru atau semprotan aerosol. Hindari perkakas rumah tanggan yang berbahan dasar vinyl, dan selalu simpan makanan Anda di wadah kaca, keramik, atau stainless steel.
8.      Bisphenol A (BPA)
·         Ditemukan di: wadah makanan kaleng, perkakas rumah tangga yang terbuat dari plastik, botol minum plastik produksi lama (sebelum tahun 2012), botol susu bayi model lama (sebelum 2011), bon belanja
·         Produksi BPA sebenarnya dimulai pada tahun 1930 sebagai estrogen sintetik yang diberikan pada wanita. Jadi, tidak mengherankan bahwa paparan terhadap bahan kimia ini mengarah ke perubahan hormon, seperti penurunan produksi sperma, pubertas dini pada anak-anak perempuan, dan kemandulan pada orang dewasa. Studi lab juga mencurigai bahwa paparan BPA dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan keguguran. BPA juga mengganggu metabolisme tubuh dan memainkan peran dalam penyakit jantung, obesitas, dan diabetes.
·         Alternatif: Selalu prioritaskan membeli bahan pangan segar atau beku daripada makanan kaleng. Anda juga dapat membatasi risiko paparan tambahan dengan menolak bon belanjaan yang tidak perlu-perlu amat.
Sumber: https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/bahan-kimia-beracun-dalam-produk-rumah-tangga
             B.     Pertolongan Pertama dan Pencegahan Keracunan Bahan Kimia Rumah Tangga
                    Keracunan pada dasarnya berarti masuknya suatu zat baik kimia maupun makanan ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, maupun kulit, yang mengganggu proses fisiologis tubuh sehingga kondisi tubuh tidak lagi dalam keadaan sehat.
Ada beberapa klasifikasi racun berdasarkan aksinya yakni:
1.      Racun Korosif : Menyebabkan radang dan ulserasi jaringan, misalnya Asam Sulfat atau Asam Nitrat pekat, Ammonia.
2.      Racun Iritan: Menyebabkan gejala sakit perut, mual, muntah, gatal, ruam dan sebagainya. Misalnya Racun Anorganik (arsen, timbal, merkuri, fosfor, klorin, dan sebagainya), Racun Organik (minyak jarak, racun ular, racun kalajengking, dan sebagainya), dan Racun Mekanik (bubuk kaca).
3.      Racun Saraf: Menyebabkan sakit kepala, pusing, mengantuk, delirium (kebingungan), hingga stupor (koma) dan kejang. Misalnya alkohol dan zat-zat narkotika.
4.      Racun Jantung, misalnya Digitalis dan rokok: Gas dengan toksik minimal (Asphyxiants), misalnya Karbon Monoksida, Karbon Dioksida, dan sebagainya.
5.      Lain-lain, misalnya obat-obat penghilang rasa sakit (analgetik), penurun demam (antipiretik), penenang dan antidepresan.
Kemungkinan kita mengalami keracunan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Di rumah, di sekolah, di tempat kerja, maupun saat dalam perjalanan jauh. Umumnya keracunan yang kita alami (jika bukan karena tindak kesengajaan) disebabkan karena mengkonsumsi makanan (pangan) yang pengolahannya kurang bersih, hampir basi, kadaluarsa, maupun tercemar spora (jamur).
Selain makanan, keracunan yang biasanya ditemui dalam kehidupan sehari-hari bisa juga disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia rumah tangga, misalnya terhirup atau tertelan racun serangga, anak kecil yang meminum sebotol obat batuk karena rasanya yang enak, dan sebagainya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa di setiap tempat bahkan di rumah kita sendiri, tetap ada bahaya resiko keracunan jika pencegahan tidak dilakukan. Apalagi jika di rumah tersebut ada anak kecil. Tentunya segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan keracunan harus disimpan dengan baik dan benar supaya jauh dari jangkauan anak-anak.
Lalu bagaimana jika keracunan terlanjur terjadi? Pertolongan pertama seperti apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah efek keracunan (toksik) semakin parah? Berikut beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama untuk korban keracunan:
1.      Keracunan Makanan
Misalnya setelah makan ikan tongkol yang pengolahannya kurang baik (karena racun Skombrotoksin yang muncul ketika ikan sudah tidak segar), roti yang sudah berjamur, mengkonsumsi jamur liar atau makan daging yang kurang matang. Gejala umum yang biasa muncul akibat keracunan misalnya pusing, sakit perut, mual, muntah hingga diare.
Sebagai pertolongan pertama, korban keracunan bisa diberikan larutan Norit (arang aktif) dengan dosis 50-100 g (untuk orang dewasa) dan 1-2g/kg berat badan (untuk anak-anak). Jika gejala keracunan masih terus berlangsung, hendaknya dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
2.      Keracunan Akibat Tertelan Bahan Kimia
Bahan kimia yang tertelan bisa berupa racun serangga, obat-obatan dalam jumlah banyak, sabun cair, bahan pemutih, pewangi ruangan, minyak tanah, dan sebagainya. Bila keracunan yang terjadi akibat menelan bahan-bahan kimia, pertolongan pertama yang paling umum dilakukan adalah Dekontaminasi (metode pengenceran).
Tujuan Dekontaminasi ini adalah untuk mengurangi konsentrasi racun pada saluran cerna, supaya racun bisa dikeluarkan melalui urin. Dekontaminasi ini bisa dilakukan dengan minum air putih yang banyak atau susu, dan harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah bahaya.
Susu memang dikenal memiliki kelebihan dapat mengikat racun dan merangsang muntah sehingga zat beracun bisa ikut keluar. Namun tidak semua jenis keracunan bisa diberikan susu sebagai pertolongan pertama misalnya keracunan akibat kapur barus/Naftalen dan minyak tanah karena dapat meningkatkan penyerapan racun sehingga resiko keracunan pun meningkat.
Dan bila setelah minum susu tidak terjadi rangsangan untuk muntah, jangan dipaksa karena justru dapat mengakibatkan luka korosi pada saluran cerna maupun beresiko masuk ke paru-paru.
Setelah pemberian pertolongan pertama ini, segera bawa korban ke dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, misalnya bilas lambung dan pemberian antidotum (penawar racun). Dan jangan lupa menginformasikan kepada dokter kemasan zat yang diduga menyebabkan keracunan, untuk mempercepat penentuan antidotum yang tepat.
Pemberian susu yang dianjurkan untuk pertolongan pertama pada korban keracunan adalah, 1/4 - 1/2 cangkir untuk anak-anak dan 1-2 cangkir untuk orang dewasa, dan hanya diberikan jika korban dalam keadaan sadar dan tidak mengalami kesulitan menelan.
3.      Keracunan Akibat Inhalasi Gas
Gas yang dimaksud disini bisa gas Karbon Monoksida dan Karbon Dioksida (biasanya dari asap kendaraan bermotor), atau gas dari racun serangga atau pewangi ruangan. Gejala yang tampak biasanya sesak nafas hingga tak sadarkan diri. Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan menjauhkan korban dari sumber gas kemudian membebaskan jalan nafas dan memberikan oksigen murni. Oksigen murni ini bisa didapatkan di apotek.
4.      Keracunan Akibat Paparan Zat Kimia pada Permukaan Kulit atau Membran Mukosa
Biasanya zat kimia yang dimaksud adalah zat yang bersifat korosif (misalnya asam sulfat pekat, cuka (asam asetat) pekat dan lainnya). Zat kimia korosif ini bisa menyebabkan kulit melepuh dan terbakar, meskipun sebenarnya zat semacam ini sangat jarang ditemukan di rumah tangga.
Namun bilapun terjadi, hal pertama yang bisa dilakukan adalah melepas pakaian yang terkontaminasi dan letakkan bagian tubuh yang terkena racun di bawah air mengalir yang banyak.
Contoh lain misalnya mata yang terkena minyak angin atau minyak gosok, pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah menyiram mata dengan air yang mengalir hingga efek sakit yang dirasakan berkurang dan jangan sekalipun mengucek mata. Setelah itu bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Terkait kebiasaan orang-orang mengkonsumsi air kelapa muda untuk mengatasi keracunan sebenarnya tidak bisa dikatakan seratus persen benar. Pada dasarnya air kelapa muda (Cocos nucifera L.) merupakan cairan yang kaya elektrolit yang bisa menggantikan cairan tubuh. Jadi ketika seseorang yang keracunan mengalami muntah-muntah dan diare, dimana kondisi ini berpotensi menyebabkan tubuh dehidrasi (kekurangan cairan), air kelapa mampu menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Lalu bagaimana cara pencegahan keracunan di rumah tangga? Apalagi jika di dalam rumah tersebut ada anak kecil yang notabene belum mengerti mana bahan-bahan yang berbahaya, mana yang tidak. Berikut beberapa cara pencegahan keracunan yang dapat dilakukan di rumah tangga:
1.      Akibat Obat dan/atau Bahan Kimia
a.    Simpan semua obat dan bahan kimia dalam lemari terkunci, jauh dari jangkauan anak-anak dan jangan diletakkan di sembarang tempat meskipun hanya sebentar.
b.    Simpan obat dan bahan kimia dalam wadah aslinya dan ditutup rapat. Jangan pindahkan ke dalam wadah lain tanpa diberi label, apalagi dipindahkan ke wadah bekas makanan/minuman.
c.    Jangan meletakkan obat dan bahan kimia dekat makanan/minuman.
d.   Jangan membujuk anak untuk minum obat dengan mengatakan bahwa obat tersebut cokelat/permen meskipun rasanya enak.
e.    Buang semua obat yang tidak digunakan dengan baik dan benar (misal melalui saluran pembuangan).
f.     Jangan mengkonsumsi obat tradisional bersamaan dengan obat kimia untuk menghindari interaksi.
g.    Cuci tangan dan muka dengan benar setelah menggunakan bahan kimia.
h.    Menggunakan bahan kimia (misal racun serangga) seperlunya.
2.      Akibat Pangan yang Terkontaminasi
a.    Mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani pangan, serta setelah menggunakan toilet.
b.    Tidak mengkonsumsi pangan yang warna, baud an rasanya berubah, termasuk yang kadaluarsa dan kemasannya rusak atau menggembung.
c.    Tidak meletakkan pangan matang di wadah yang sama dengan pangan mentah.
d.   Menyimpan pangan olahan beku, pangan yang cepat rusak dan yang tidak habis dimakan ke dalam kulkas.
e.    Membersihkan dan mencuci buah dan sayuran sebelum digunakan.
f.     Mengkonsumsi air yang dididihkan dan memasak pangan hingga matang.
g.    Membersihkan peralatan masak dan perlengkapan makan dengan baik serta menjaga dapur tetap bersih.
Sumber: https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5ba0a006aeebe1182769ad87/pertolongan-pertama-dan-pencegahan-keracunan-di-rumah-tangga?page=all
      C.    Cara Pencegahan Efek Samping Bahan Kimia Rumah Tangga
Jika kita mengamati segala aktivitas kita sehari-hari, mulai dari bangun tidur hingga akan kembali tidur tentu tidak terleas dari pemakaian zat kimia. Mulai dari bangun tidur kemudian menggosok gigi dengan pasta gigi, mandi dengan sabun, kemudian memakai baju yang harum karena pengharum pakaian, lalu makan dengan piring yang telah dicuci dengan sabun pencuci piring, hingga menggunakan lotion nyamuk saat beranjak tidur. Bahkan penggunaan zat kimia dalam keseharian kita tidak dapat kita hitung satu per satu karena begitu banyaknya pemakaian kita terhadap zat kimia tersebut. Oleh sebab itu, secara jelas kita memang tidak dapat terlepas dari penggunaan bahan kimia terlebih dalam penggunaan bahan-bahan kimia rumah tangga seperti yang tergolong dalam kategori pembersih, pemutih, pewangi, dan juga pestisida.
Namun, demikian di dalam penggunaan bahan-bahan kimia tersebut, tentu tidak serta merta hanya memiliki manfaat baik saja tetapi juga memeiliki efek samping yang dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh kitamaupun lingkungan. Misalnya saja seperti alergi terhadap penggunaan bahan kosmetik yang bisa merusak permukaan kulit bagi yang tidak cocok terhadap pemakaian kosmetik tersebut, kemudian penggunaan detergen secara berlebihan di aliran sungai yang dapat merusak ekosistem di dalam air karena buih dari sabun detergen tersebut. Oleh sebab itu, agar kita dapat terhindar dari berbagai efek samping penggunaan bahan kimia tersebut, di bawah ini merupakan upaya pencegahan terhadap efek samping dari penggunaan bahan-bahan kimia rumah tangga diantaranya sebagai berikut:
1.      Pencegahan pada Bahan Pembersih
Usaha pencegahan dampak negatif penggunaan pembersih antara lain sebagai berikut:
a.       Membuat sitem penampungan dan penanganan air limbah
b.      Mendaur ulang kembali air limbah rumah tangga
c.       Mengurangi intensitas pemakaian air bersih yang mengandung abhan-bahan yang sukar diuraikan mikroorganisme, seperti sabun dan detergen
d.      Selektif dalam memilih detergen serta memperhatikan kandungan bahan aktif yang ada di dalam detergen
e.       Mengikuti petunjunk penggunaan pembersih yang benar
f.       Mengganti bahan-bahan dasar detergen dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
2.      Pencegahan pada Bahan Pemutih
Beberapa upaya untuk mencegah efek samping dari penggunaan pemutih yaitu:
a.       Menghindari kontak langsung dengan pemutih pakaian dalam jangka waktu yang lama
b.      Memilih pemutih wajah yang alami (tidak menggunakan merkuri)
c.       Membuat saluran pembuangan limbah pemutih yang baik
d.      Mengurangi jumlah pemakaian
3.      Pencegahan pada Bahan Pewangi
Salah satu upaya untuk mencegah efek samping dari penggunaan pewangi adalah menghindari pemakaian pewangi yang mengandung CFC. Banyak produk pewangi yang telah menggunakan bahan pendorong (propalen) yang lebih ramah lingkungan.
4.      Pencegahan pada Bahan Pembasmi Serangga (Insektisida)
Upaya-upaya untuk mencegah efek samping dari penggunaan insektisida antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Menggunakan bahan pembasmi serangga (insektisida) yang lebih ramah lingkungan, seperti insektisida biologis, pengembangan hama jantan mandul, dan memanfaatkan ekstrak bunga atau daun tertentu sebagai pengusir nyamuk.
b.      Mengurangi pemakaian insektisida secara berlebihan
c.       Selalu menjaga kebersihan lingkungan.



Copyright @ 2013 Himdika FKIP Untan. Designed by Templateism | MyBloggerLab