Bahan Kimia Rumah Tangga
Part II BAHAYA BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA
YANG BERACUN dan alternatif pencegahan serta CARA PENANGGULANGANNYA
A.
Bahan
Kimia Rumah Tangga yang Beracun dan Alternatif Pencegahan
1. Aseton
·
Ditemukan di: penghapus kuteks, polish
mebel, wallpaper, alkohol topical
·
Ketika terekspos udara, aseton menguap
dengan sangat cepat dan mudah sekali terbakar. Aseton dapat menyebabkan keracunan
fatal yang mengancam nyawa, namun sangat jarang terjadi karena tubuh mampu
memecah aseton dalam jumlah besar yang terserap ke dalam sistem. Untuk sampai
bisa keracunan, Anda harus mengonsumsi atau menelan porsi aseton dalam jumlah
luar biasa besar dalam waktu singkat. Gejala keracunan aseton ringan termasuk
sakit kepala, bicara cadel, lesu, kurang koordinasi indera gerak, dan rasa
manis di mulut. Oleh karena itu, penggunaan aseton untuk menghapus kuteks
warna-warni di kuku Anda harus dilakukan di ruangan terbuka dan jauh dari nyala
api. Selalu jauhkan produk-produk yang mengandung aseton dari jangkauan anak.
·
Alternatif: Gunakan produk penghapus
kuteks yang mencantumkan label bebas aseton. Hal yang sama berlaku untuk
pemoles furnitur; pelicin furnitur berbasis air bekerja sama efektifnya dengan
produk yang mengandung aseton.
2. Benzena
·
Ditemukan di: cat, lem, gas yang
dilepaskan dari karpet, wax, deterjen, emisi dari pembakaran bahan bakar gas,
asap rokok, kapur barus, alat penghilang bau
·
Benzena menguap ke udara dengan sangat
cepat. Massa jenis uap benzena lebih berat daripada udara biasa dan bisa
tenggelam ke daerah dataran rendah. Udara luar ruangan mengandung benzena dalam
jumlah kecil dari asap tembakau, SPBU, knalpot kendaraan bermotor, dan emisi industri.
Udara dalam ruangan umumnya mengandung kadar benzena yang lebih tinggi daripada
di udara luar dari paparan harian produk rumah tangga. Benzena bekerja dengan
mengacaukan kerja sel dalam tubuh. Sebagai contoh, paparan benzena jangka
panjang dapat menyebabkan sumsum tulang untuk tidak memproduksi cukup sel darah
merah. Benzena juga dapat merusak sistem kekebalan tubuh dengan mengubah kadar
antibodi dan menyebabkan hilangnya sel darah putih — yang dapat menyebabkan
anemia, atau lebih buruk lagi, leukimia dari paparan berat dan berkepanjangan.
Beberapa wanita yang menghirup benzena dalam jumlah besar selama berbulan-bulan
memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dan penurunan ukuran indung telur
mereka.
·
Alternatif: Cari produk rumah tangga yang
berlabel bebas benzena, dan sebisa mungkin kurangi penggunaan kapur barus untuk
meredam bau tak sedap di rumah. Bunga lavender segar, selain dapat mempercantik
rumah, harumnya ampuh untuk usir bau apek dan serangga pengganggu.
3. Etanol
·
Ditemukan di: parfum, cologne, produk tata
rambut, deodorant, shampo, obat kumur, hand sanitizer, penyegar ruangan,
pemoles furnitur, sabun cuci piring, deterjent, pelembut pakaian
·
Paparan terhadap etanol yang masih dalam
batas wajar tak selalu membawa dampak bagi kesehatan. Kebanyakan orang akan
terpapar etanol dari mengonsumsi minuman keras dengan tingkat konsentrasi
etanol bisa bervariasi dari 4-45%. Namun, jika Anda terkena kontak dengan
etanol murni dalam jumlah besar (oral, kulit, maupun hirup) gejala keracunan
bisa bervariasi, mulai dari mual muntah, reaksi alergi kulit, kejang, bicara
melantur, koordinasi tubuh kacau, mata terasa panas terbakar, hingga dalam
kasus ekstrim, koma. Namun, paparan konsentrasi tinggi lebih mungkin terjadi
dalam lingkungan kerja seperti di industri atau laboratorium, di mana etanol
murni kadang digunakan. Paparan etanol di udara dan air di lingkungan umum
terbilang sangat rendah karena senyawa ini mudah dipecah oleh sinar matahari.
·
Alternatif: Ketika menggunakan produk pembersih
rumah tangga yang mengandung etanol, pastikan untuk membuka jendela lebar-lebar
atau membuat sistem penyaringan udara yang efektif yang akan menyerap bahan
kimia.
4. Formalin
·
Ditemukan di: asbes dan beton, asap rokok,
kompos gas atau minyak tanah yang menyala, furnitur yang terbuat dari pressed
wood dengan perekat yang mengandung resin urea-formaldehida (UF), kantung plastik.
·
Formaldehida adalah senyawa kimia turunan
dari pembakaran dan proses alam tertentu yang umum digunakan secara luas oleh
industri untuk memproduksi bahan bangunan dan berbagai produk rumah tangga.
Dengan demikian, mungkin ada jejak formalin dalam konsentrasi yang cukup besar
baik di dalam maupun luar ruangan. Ketika formaldehida hadir di udara pada
tingkat yang melebihi 0,1 ppm, beberapa orang mungkin mengalami efek samping
seperti mata berair; sensasi terbakar di mata, hidung, dan tenggorokan; batuk;
suara mengi; mual; iritasi kulit; dan sakit dada. Paparan konsentrasi tinggi
dapat memicu serangan asma pada orang yang memilikinya, juga dapat menyebabkan
bronkitis. Formalin telah terbukti menyebabkan kanker pada hewan dan dicurigai
dapat menyebabkan kanker pada manusia.
·
Alternatif: Jangan merokok, dan terutama
jangan merokok di dalam ruangan. Buka jendela selebar mungkin untuk membiarkan
udara segar masuk, terutama ketika Anda menggunakan produk oembersih dan
insektisida. Cobalah untuk menjaga suhu di dalam rumah pada pengaturan suhu
rendah dan nyaman. Juga, habiskan banyak waktu di luar ruangan mencari udara
segar sebanyak mungkin. Hal ini sangat penting untuk keluarga dengan anak-anak,
orang tua atau anggota keluarga dengan penyakit kronis seperti asma.
5. Toluena
·
Ditemukan dalam: cat, karet, pewarna, lem,
percetakan
·
Toluena adalah agen pelarut yang sangat
baik untuk cat, lak, pengencer, dan perekat. rute yang paling umum dari paparan
melalui inhalasi. Gejala keracunan toluena termasuk efek CNS (sakit kepala,
pusing, ataksia, mengantuk, euforia, halusinasi, tremor, kejang, dan koma),
aritmia ventrikel, pneumonia kimia, depresi pernapasan, mual, muntah, dan
ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang terkena paparan ringan dari uap
toluena tidak menimbulkan risiko keracunan akut.
·
Alternatif: Periksa label cat apakah
produk yang Anda gunakan mengandung toluena. Jika ya, buka setiap ventilasi
udara lebar-lebar guna memungkinkan kelancaran pertukaran udara segar. Poles
cat untuk setiap mebel atau perlengkapan rumah tangga lainnya di udara terbuka
(taman atau jalanan depan rumah) untuk mencegah cat melepaskan gas berbahaya
yang bisa mengendap dalam rumah.
6. Xylene
·
Ditemukan di: emisi gas buang kendaraan
bermotor, cat, pernis, cat kuku, perekat, semen karet.
·
Paparan ringan hingga sedang terhadap uap
xylene dapat menyebabkan mata panas memerah, bengkak, berair, penglihatan
kabur; dan/atau iritasi kulit ringan, seperti ruam kemerahan dan bengkak, kulit
terasa kering dan gatal; iritasi pada hidung dan tenggorokan. Paparan terhadap
xylene dalam jumlah besar sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan depresi
sistem saraf pusat yang menyebabkan mual dan muntah serta sakit kepala, dan
berkunang-kunang; hingga kerusakan hati dan ginjal, hilang kesadaran, kegagalan
sistem pernapasan, bahkan kematian.
·
Alternatif: Periksa label cat apakah
produk yang Anda gunakan mengandung xylene. Jika ya, buka setiap ventilasi
udara lebar-lebar guna memungkinkan kelancaran pertukaran udara segar. Poles
cat untuk setiap mebel atau perlengkapan rumah tangga lainnya di udara terbuka
(taman atau jalanan depan rumah) untuk mencegah cat melepaskan gas berbahaya
yang bisa mengendap dalam rumah. Jangan pernah membiarkan mesin mobil menyala
di garasi tertutup.
7. Phtalate
·
Ditemukan di: ubin, tirai shower, kulit
sintetis, perkakas rumah tangga yang dibuat dari PVC vinyl (untuk membuat
plastik fleksibel dan liat), produk pengharum ruangan (phtalate digunakan untuk
menjaga parfum tidak menguap); cat kuku, cat tembok, pernis mebel; cling wrap
dan wadah makanan plastic
·
Studi mengungkapkan bahwa anak laki-laki
yang lahir dari ibu dengan konsentrasi phthalate tinggi dalam sistemnya
menderita kelainan pada alat kelamin mereka. Bahan kimia ini mengganggu
testosteron dan estradiol, hormon yang memengaruhi perkembangan payudara. Studi
telah menemukan bahwa wanita yang menderita kanker payudara memiliki tingkat
phthalate yang lebih tinggi daripada wanita yang tidak memiliki kanker.
·
Alternatif: Hindari pengharum ruangan
apapun yang mengandung pewangi sintetik, misalnya kapur baru atau semprotan
aerosol. Hindari perkakas rumah tanggan yang berbahan dasar vinyl, dan selalu
simpan makanan Anda di wadah kaca, keramik, atau stainless steel.
8. Bisphenol
A (BPA)
·
Ditemukan di: wadah makanan kaleng,
perkakas rumah tangga yang terbuat dari plastik, botol minum plastik produksi
lama (sebelum tahun 2012), botol susu bayi model lama (sebelum 2011), bon
belanja
·
Produksi BPA sebenarnya dimulai pada tahun
1930 sebagai estrogen sintetik yang diberikan pada wanita. Jadi, tidak
mengherankan bahwa paparan terhadap bahan kimia ini mengarah ke perubahan
hormon, seperti penurunan produksi sperma, pubertas dini pada anak-anak
perempuan, dan kemandulan pada orang dewasa. Studi lab juga mencurigai bahwa
paparan BPA dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan keguguran. BPA juga
mengganggu metabolisme tubuh dan memainkan peran dalam penyakit jantung,
obesitas, dan diabetes.
·
Alternatif: Selalu prioritaskan membeli
bahan pangan segar atau beku daripada makanan kaleng. Anda juga dapat membatasi
risiko paparan tambahan dengan menolak bon belanjaan yang tidak perlu-perlu
amat.
Sumber:
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/bahan-kimia-beracun-dalam-produk-rumah-tangga
B.
Pertolongan
Pertama dan Pencegahan Keracunan Bahan Kimia Rumah Tangga
Keracunan pada dasarnya berarti masuknya suatu zat baik kimia maupun makanan ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, maupun kulit, yang mengganggu proses fisiologis tubuh sehingga kondisi tubuh tidak lagi dalam keadaan sehat.
Ada beberapa klasifikasi racun berdasarkan aksinya
yakni:
1. Racun
Korosif : Menyebabkan radang dan ulserasi jaringan, misalnya Asam Sulfat atau
Asam Nitrat pekat, Ammonia.
2. Racun
Iritan: Menyebabkan gejala sakit perut, mual, muntah, gatal, ruam dan
sebagainya. Misalnya Racun Anorganik (arsen, timbal, merkuri, fosfor, klorin,
dan sebagainya), Racun Organik (minyak jarak, racun ular, racun kalajengking,
dan sebagainya), dan Racun Mekanik (bubuk kaca).
3. Racun
Saraf: Menyebabkan sakit kepala, pusing, mengantuk, delirium (kebingungan),
hingga stupor (koma) dan kejang. Misalnya alkohol dan zat-zat narkotika.
4. Racun
Jantung, misalnya Digitalis dan rokok: Gas dengan toksik minimal (Asphyxiants),
misalnya Karbon Monoksida, Karbon Dioksida, dan sebagainya.
5. Lain-lain,
misalnya obat-obat penghilang rasa sakit (analgetik), penurun demam
(antipiretik), penenang dan antidepresan.
Kemungkinan kita mengalami keracunan bisa
terjadi di mana saja dan kapan saja. Di rumah, di sekolah, di tempat kerja,
maupun saat dalam perjalanan jauh. Umumnya keracunan yang kita alami (jika
bukan karena tindak kesengajaan) disebabkan karena mengkonsumsi makanan
(pangan) yang pengolahannya kurang bersih, hampir basi, kadaluarsa, maupun
tercemar spora (jamur).
Selain makanan, keracunan yang biasanya
ditemui dalam kehidupan sehari-hari bisa juga disebabkan oleh paparan
bahan-bahan kimia rumah tangga, misalnya terhirup atau tertelan racun serangga,
anak kecil yang meminum sebotol obat batuk karena rasanya yang enak, dan
sebagainya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa di setiap
tempat bahkan di rumah kita sendiri, tetap ada bahaya resiko keracunan jika
pencegahan tidak dilakukan. Apalagi jika di rumah tersebut ada anak kecil.
Tentunya segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan keracunan harus disimpan
dengan baik dan benar supaya jauh dari jangkauan anak-anak.
Lalu bagaimana jika keracunan terlanjur
terjadi? Pertolongan pertama seperti apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah
efek keracunan (toksik) semakin parah? Berikut beberapa cara sederhana yang
bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama untuk korban keracunan:
1. Keracunan
Makanan
Misalnya
setelah makan ikan tongkol yang pengolahannya kurang baik (karena racun
Skombrotoksin yang muncul ketika ikan sudah tidak segar), roti yang sudah
berjamur, mengkonsumsi jamur liar atau makan daging yang kurang matang. Gejala
umum yang biasa muncul akibat keracunan misalnya pusing, sakit perut, mual,
muntah hingga diare.
Sebagai
pertolongan pertama, korban keracunan bisa diberikan larutan Norit (arang
aktif) dengan dosis 50-100 g (untuk orang dewasa) dan 1-2g/kg berat badan
(untuk anak-anak). Jika gejala keracunan masih terus berlangsung, hendaknya
dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
2. Keracunan
Akibat Tertelan Bahan Kimia
Bahan
kimia yang tertelan bisa berupa racun serangga, obat-obatan dalam jumlah
banyak, sabun cair, bahan pemutih, pewangi ruangan, minyak tanah, dan
sebagainya. Bila keracunan yang terjadi akibat menelan bahan-bahan kimia,
pertolongan pertama yang paling umum dilakukan adalah Dekontaminasi (metode
pengenceran).
Tujuan
Dekontaminasi ini adalah untuk mengurangi konsentrasi racun pada saluran cerna,
supaya racun bisa dikeluarkan melalui urin. Dekontaminasi ini bisa dilakukan
dengan minum air putih yang banyak atau susu, dan harus dilakukan sedini
mungkin untuk mencegah bahaya.
Susu
memang dikenal memiliki kelebihan dapat mengikat racun dan merangsang muntah
sehingga zat beracun bisa ikut keluar. Namun tidak semua jenis keracunan bisa
diberikan susu sebagai pertolongan pertama misalnya keracunan akibat kapur
barus/Naftalen dan minyak tanah karena dapat meningkatkan penyerapan racun
sehingga resiko keracunan pun meningkat.
Dan
bila setelah minum susu tidak terjadi rangsangan untuk muntah, jangan dipaksa
karena justru dapat mengakibatkan luka korosi pada saluran cerna maupun
beresiko masuk ke paru-paru.
Setelah
pemberian pertolongan pertama ini, segera bawa korban ke dokter untuk memperoleh
penanganan lebih lanjut, misalnya bilas lambung dan pemberian antidotum
(penawar racun). Dan jangan lupa menginformasikan kepada dokter kemasan zat
yang diduga menyebabkan keracunan, untuk mempercepat penentuan antidotum yang
tepat.
Pemberian
susu yang dianjurkan untuk pertolongan pertama pada korban keracunan adalah,
1/4 - 1/2 cangkir untuk anak-anak dan 1-2 cangkir untuk orang dewasa, dan hanya
diberikan jika korban dalam keadaan sadar dan tidak mengalami kesulitan
menelan.
3. Keracunan
Akibat Inhalasi Gas
Gas
yang dimaksud disini bisa gas Karbon Monoksida dan Karbon Dioksida (biasanya
dari asap kendaraan bermotor), atau gas dari racun serangga atau pewangi
ruangan. Gejala yang tampak biasanya sesak nafas hingga tak sadarkan diri.
Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan menjauhkan korban dari sumber gas
kemudian membebaskan jalan nafas dan memberikan oksigen murni. Oksigen murni
ini bisa didapatkan di apotek.
4. Keracunan
Akibat Paparan Zat Kimia pada Permukaan Kulit atau Membran Mukosa
Biasanya
zat kimia yang dimaksud adalah zat yang bersifat korosif (misalnya asam sulfat
pekat, cuka (asam asetat) pekat dan lainnya). Zat kimia korosif ini bisa
menyebabkan kulit melepuh dan terbakar, meskipun sebenarnya zat semacam ini
sangat jarang ditemukan di rumah tangga.
Namun
bilapun terjadi, hal pertama yang bisa dilakukan adalah melepas pakaian yang
terkontaminasi dan letakkan bagian tubuh yang terkena racun di bawah air
mengalir yang banyak.
Contoh
lain misalnya mata yang terkena minyak angin atau minyak gosok, pertolongan
pertama yang harus dilakukan adalah menyiram mata dengan air yang mengalir
hingga efek sakit yang dirasakan berkurang dan jangan sekalipun mengucek mata.
Setelah itu bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Terkait kebiasaan
orang-orang mengkonsumsi air kelapa muda untuk mengatasi keracunan sebenarnya
tidak bisa dikatakan seratus persen benar. Pada dasarnya air kelapa muda (Cocos
nucifera L.) merupakan cairan yang kaya elektrolit yang bisa menggantikan
cairan tubuh. Jadi ketika seseorang yang keracunan mengalami muntah-muntah dan
diare, dimana kondisi ini berpotensi menyebabkan tubuh dehidrasi (kekurangan
cairan), air kelapa mampu menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Lalu bagaimana cara pencegahan keracunan
di rumah tangga? Apalagi jika di dalam rumah tersebut ada anak kecil yang
notabene belum mengerti mana bahan-bahan yang berbahaya, mana yang tidak.
Berikut beberapa cara pencegahan keracunan yang dapat dilakukan di rumah
tangga:
1. Akibat
Obat dan/atau Bahan Kimia
a. Simpan
semua obat dan bahan kimia dalam lemari terkunci, jauh dari jangkauan anak-anak
dan jangan diletakkan di sembarang tempat meskipun hanya sebentar.
b. Simpan
obat dan bahan kimia dalam wadah aslinya dan ditutup rapat. Jangan pindahkan ke
dalam wadah lain tanpa diberi label, apalagi dipindahkan ke wadah bekas
makanan/minuman.
c. Jangan
meletakkan obat dan bahan kimia dekat makanan/minuman.
d. Jangan
membujuk anak untuk minum obat dengan mengatakan bahwa obat tersebut
cokelat/permen meskipun rasanya enak.
e. Buang
semua obat yang tidak digunakan dengan baik dan benar (misal melalui saluran
pembuangan).
f. Jangan
mengkonsumsi obat tradisional bersamaan dengan obat kimia untuk menghindari
interaksi.
g. Cuci
tangan dan muka dengan benar setelah menggunakan bahan kimia.
h. Menggunakan
bahan kimia (misal racun serangga) seperlunya.
2. Akibat
Pangan yang Terkontaminasi
a. Mencuci
tangan sebelum dan sesudah menangani pangan, serta setelah menggunakan toilet.
b. Tidak
mengkonsumsi pangan yang warna, baud an rasanya berubah, termasuk yang
kadaluarsa dan kemasannya rusak atau menggembung.
c. Tidak
meletakkan pangan matang di wadah yang sama dengan pangan mentah.
d. Menyimpan
pangan olahan beku, pangan yang cepat rusak dan yang tidak habis dimakan ke
dalam kulkas.
e. Membersihkan
dan mencuci buah dan sayuran sebelum digunakan.
f. Mengkonsumsi
air yang dididihkan dan memasak pangan hingga matang.
g. Membersihkan
peralatan masak dan perlengkapan makan dengan baik serta menjaga dapur tetap
bersih.
Sumber:
https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5ba0a006aeebe1182769ad87/pertolongan-pertama-dan-pencegahan-keracunan-di-rumah-tangga?page=all
C.
Cara
Pencegahan Efek Samping Bahan Kimia Rumah Tangga
Jika kita mengamati segala aktivitas kita sehari-hari,
mulai dari bangun tidur hingga akan kembali tidur tentu tidak terleas dari
pemakaian zat kimia. Mulai dari bangun tidur kemudian menggosok gigi dengan
pasta gigi, mandi dengan sabun, kemudian memakai baju yang harum karena
pengharum pakaian, lalu makan dengan piring yang telah dicuci dengan sabun
pencuci piring, hingga menggunakan lotion nyamuk saat beranjak tidur. Bahkan
penggunaan zat kimia dalam keseharian kita tidak dapat kita hitung satu per
satu karena begitu banyaknya pemakaian kita terhadap zat kimia tersebut. Oleh
sebab itu, secara jelas kita memang tidak dapat terlepas dari penggunaan bahan
kimia terlebih dalam penggunaan bahan-bahan kimia rumah tangga seperti yang
tergolong dalam kategori pembersih, pemutih, pewangi, dan juga pestisida.
Namun, demikian di dalam penggunaan bahan-bahan kimia
tersebut, tentu tidak serta merta hanya memiliki manfaat baik saja tetapi juga
memeiliki efek samping yang dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh
kitamaupun lingkungan. Misalnya saja seperti alergi terhadap penggunaan bahan
kosmetik yang bisa merusak permukaan kulit bagi yang tidak cocok terhadap
pemakaian kosmetik tersebut, kemudian penggunaan detergen secara berlebihan di
aliran sungai yang dapat merusak ekosistem di dalam air karena buih dari sabun
detergen tersebut. Oleh sebab itu, agar kita dapat terhindar dari berbagai efek
samping penggunaan bahan kimia tersebut, di bawah ini merupakan upaya
pencegahan terhadap efek samping dari penggunaan bahan-bahan kimia rumah tangga
diantaranya sebagai berikut:
1. Pencegahan
pada Bahan Pembersih
Usaha
pencegahan dampak negatif penggunaan pembersih antara lain sebagai berikut:
a. Membuat
sitem penampungan dan penanganan air limbah
b. Mendaur
ulang kembali air limbah rumah tangga
c. Mengurangi
intensitas pemakaian air bersih yang mengandung abhan-bahan yang sukar
diuraikan mikroorganisme, seperti sabun dan detergen
d. Selektif
dalam memilih detergen serta memperhatikan kandungan bahan aktif yang ada di
dalam detergen
e. Mengikuti
petunjunk penggunaan pembersih yang benar
f. Mengganti
bahan-bahan dasar detergen dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
2. Pencegahan
pada Bahan Pemutih
Beberapa
upaya untuk mencegah efek samping dari penggunaan pemutih yaitu:
a. Menghindari
kontak langsung dengan pemutih pakaian dalam jangka waktu yang lama
b. Memilih
pemutih wajah yang alami (tidak menggunakan merkuri)
c. Membuat
saluran pembuangan limbah pemutih yang baik
d. Mengurangi
jumlah pemakaian
3. Pencegahan
pada Bahan Pewangi
Salah
satu upaya untuk mencegah efek samping dari penggunaan pewangi adalah
menghindari pemakaian pewangi yang mengandung CFC. Banyak produk pewangi yang
telah menggunakan bahan pendorong (propalen) yang lebih ramah lingkungan.
4. Pencegahan
pada Bahan Pembasmi Serangga (Insektisida)
Upaya-upaya
untuk mencegah efek samping dari penggunaan insektisida antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Menggunakan
bahan pembasmi serangga (insektisida) yang lebih ramah lingkungan, seperti
insektisida biologis, pengembangan hama jantan mandul, dan memanfaatkan ekstrak
bunga atau daun tertentu sebagai pengusir nyamuk.
b. Mengurangi
pemakaian insektisida secara berlebihan
c. Selalu
menjaga kebersihan lingkungan.